Wajah tata kota Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan tata kota di negara lain, misalnya saja negara yang tidak lebih besar dari kota Jakarta yaitu Singapura. Setidaknya ini yang saya terima pada saat mata kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan oleh Ir. Arief Rahman, MT. Beliau adalah lulusan arsitektur yang saat ini menjadi Kepala Lembaga Pengembangan FTSP. Beliau memberikan wawasan mengenai arsitektur dan tata kota kaitannya dengan citra sebuah ibu kota dari beberapa negara seperti Singapura, Hongkong, Amerika Serikat dan Malaysia.
Monas, Petronas, Dan Eiffel merupakan sedikit contoh bangunan yang menjadi icon / wajah sebuah ibu kota suatu negara. Sering kali icon – icon ini menjadi gambaran bagaimana megahnya atau kuatnya sebuah kota, semuanya dilukiskan dalam arsitektur. Oleh karena itu, masing – masing negara berlomba – lomba untuk membuat icon yang akan menjadi eye-cathing-nya dunia. Sebuah bangunan kini beralih menjadi prestise masing – masing ibukota.
Menara Regatta yang konon akan dibangun menyaingi monas yang akan berlokasi di ancol
Namun apakah persaingan arsitektur tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kota di Indonesia yang notabene negara berkembang? tentunya sangat berpengaruh. Arsitektur tidak berdiri sendiri, ia membutuhkan ilmu – ilmu lain sebagai penopang. Perencanaan arsitektur akan berkembang menjadi perencanaan tata kota yang mempengaruhi infrastruktur sebuah kota. Oleh karena itu perlu diadakan perencanaan yang matang sampai ke akar – akarnya (pengaruh terhadap lingkungan / kehidupan kota). Jangan sampai seperti sekarang ini banyak ditemui yaitu daerah slum / kumuh yang merajai sungai ciliwung, sebuah daerah yang seharusnya dijadikan sebagai wajah ibu kota dan bukan menjadi daerah yang kumuh dan semakin meningkat setiap waktu bakan merembet ke kota – kota satelit lainnya.
Salah satu daerah kumuh. Sungai seharusnya menjadi wajah kota yang melambangkan kemakmuran
Jadi, sudah saatnya kita melihat arsitektur tidak hanya sebagai satu kesatuan namun membuka pikiran kita akan dampak yang akan dihadapi oleh sebuah kota. Saatnya berpikir dan melihat sisi – sisi lain misalnya ruang terbuka hijau yang banyak. Kalau kata dosen Saya “Kota yang maju itu dimana kita bisa menikmati kopi sambil membaca koran di pinggir jalan raya”. Saya berharap ini secepatnya terealisasi. Amin
0 comments:
Posting Komentar